Wednesday, 31 January 2018

Tergelincir di Jalan


Maka sungguh mengherankan dirimu!
Engkau terperosok pada satu dosa tertentu dan dosa lainnya!

Sumber: Google Image

Aku lihat setiap orang yang tergelincir oleh sesuatu atau terpeleset saat hujan, dia akan menoleh pada hal yang membuatnya terpeleset lalu memperhatikannya; sebagai sebuah tabiat yang ada pada setiap makhluk iaitu agar dia berhati-hati kalau melewatinya lagi, atau agar dia mencermati kala dia sudah berhati-hati dan memahaminya, bagaimana bisa dia luput untuk menghindari hal seperti ini?! Maka aku pun mengambil satu isyarat dari hal ini, maka aku katakan,

Wahai orang yang terperosok berkali-kali! Tidakkah engkau melihat apa yang menyebabkanmu terperosok, lalu engkau menjadi berhati-hati dari hal yang serupa dengannya, atau engkau memandang dengan disertai keteguhan fikiran bahawa kejadian itu begitu buruk bagimu?! Kerana kebanyakan dari orang yang menoleh saat tertimpa hal itu, bahawa makna tolehannya adalah: Bagaimana orang seperti aku terperosok padahal sudah berhati-hati dengan sesuatu hal seperti yang aku lihat ini?

Maka sungguh mengherankan dirimu! Engkau terperosok pada satu dosa tertentu dan dosa lainnya! Bagaimana bisa engkau terpedaya oleh pernak pernik berterabur hiasan yang engkau tahu kondisinya yang sebenarnya dengan akalmu, dan engkau telah lihat kesudahannya dengan pikiranmu? Bagaimana bisa engkau lebih mementingkan yang fana dari yang kekal abadi? Bagaimana bisa engkau menjual dengan menanggung kerugian?


Duhai betapa malangnya dirimu! Engkau telah membeli muatan penyesalan yang tidak bisa diangkut oleh tunggangan apa pun yang telah membuat kepala tertunduk hina setelah sebelumnya terangkat penuh mulia. Engkau telah membeli air mata kesedihan atas perbuatanmu yang buruk, yang tak akan pernah berkesudahan masa penyesalannya. Dan yang paling buruk dari semuanya adalah kala dikatakan kepadamu, “Itu semua kerana apa? Untuk apa? Dan hukuman ini atas hal apa?!”


-Ibnul Jauzi, Shaidul Khathir.



Nota: Judul asal karya ini adalah Mukhtashar Shaidul Khathir karangan Abul Faraj Abdurrahman bin Al-Jauzi. Karya ini diringkaskan oleh Dr. Ahmad bin Utsman al-Mazyad. Diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia oleh Muhammad Ruliyandi dengan tajuk "Shaidul Khathir: Untaian Renungan Penuh Hikmah Pembangkit Energi Takwa" dan diterbitkan oleh penerbit Darul Haq, Jakarta. Boleh dapatkan buku ini di Pustaka Bushra https://www.facebook.com/pustakabushra




Love, 
Intan Mohammadi,
Pandan Indah. 

No comments:

Post a Comment